Kecoak
Oleh: Hendraone Habang
Perilaku Spasial dan Marginalisasi (Tigmotaksis)
Dalam konteks sosiologis, kecoak adalah cerminan dari marginalisasi. Secara alami, kecoak menunjukkan Tigmotaksis positif, yaitu preferensi biologis untuk berada di tempat sempit dan terlindung, seperti celah atau retakan dinding. Perilaku ini memungkinkan mereka untuk bertahan hidup dan bereproduksi dalam lingkungan yang padat.
Preferensi biologis kecoak untuk celah dan bayangan berfungsi sebagai metafora sempurna untuk marginalisasi sosial. Kelompok-kelompok yang dianggap ‘abjek’ atau ‘berbeda’ oleh suatu pandangan sering kali didorong ke ruang-ruang sosiologis yang sempit, ke pinggiran, atau ke celah-celah ideologis. Eksistensi kecoak menjadi cerminan bahwa tempat tersembunyi atau tercela dalam sebuah struktur (fisik atau sosial) adalah syarat mutlak bagi kelangsungan hidup mereka yang tertolak.
Metamorfosis Franz Kafka dan Keterasingan Modern
Dalam karya sastra Barat, kecoak mencapai puncaknya sebagai simbol eksistensial melalui novel Metamorfosis karya Franz Kafka. Transformasi Gregor Samsa menjadi serangga raksasa (sering diinterpretasikan sebagai kecoak) melambangkan alienasi dan kehilangan identitas yang akut.
Kisah ini adalah Manifestasi Absurditas dari kehidupan modern. Ia mempertanyakan nilai kemanusiaan dalam masyarakat kapitalis: Apakah individu dihargai karena keberadaan mereka, atau hanya karena apa yang bisa mereka berikan (kontribusi)? Perubahan fisik Gregor hanya mengeksternalisasi kondisi dehumanisasi yang sudah dialaminya, terperangkap dalam rutinitas tanpa tujuan. Serangga dalam karya Kafka menjadi simbol nilai kemanusiaan yang terdegradasi.
The post Kecoak appeared first on Timelines.id.







Komentar