Oleh: Nurun Aini — Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung
Kain cual, permata tekstil dari Bangka Belitung, adalah salah satu warisan yang menyimpan kisah panjang masyarakat pesisir. Dari sekian banyak motif yang lahir dari tangan-tangan penenun Melayu, motif ketam menjadi salah satu yang paling menarik karena tidak hanya memancarkan keindahan visual, tetapi juga memuat filosofi yang berakar dalam sekaligus memperlihatkan perjumpaan budaya Melayu dengan tradisi Tionghoa yang telah lama berinteraksi di wilayah maritim Nusantara.
Ketam, atau kepiting, kerap ditemukan di kawasan bakau atau hutan mangrove, sehingga sangat dekat dengan ekologi pesisir Bangka Belitung sekaligus mengingatkan saya pada pentingnya konservasi lingkungan. Berdasarkan hasil wawancara yang saya lakukan, ketam
yang dirujuk dalam motif kain cual dikenal masyarakat setempat sebagai ketam remangok atau ketam bakau, yang secara ilmiah termasuk dalam spesies Scylla serrata. Ketam Remangok juga sebagai salah satu icon Kota Pangkal Pinang, ketam melambangkan keteguhan dan daya bertahan hidup. Cangkangnya dimaknai sebagai perlindungan diri, sementara gerakannya mencerminkan kecerdikan dalam menghadapi perubahan. Dalam kain cual,
motif ketam tidak sekadar menjadi hiasan, tetapi juga menyampaikan pesan tentang keberanian, kerja keras, dan kehidupan yang selaras dengan alam pesisir.
Menariknya, makna ketam dalam kultur Tionghoa memiliki resonansi yang sejalan. Dalam simbolisme klasik Tiongkok, kepiting dipandang sebagai lambang kemakmuran, keberhasilan, serta posisi sosial yang terhormat. Bentuk capitnya yang kokoh sering dikaitkan dengan kekuatan dan kemenangan dalam kompetisi.
Eberhard dalam kamus simbol-simbol Tionghoa menafsirkan kepiting sebagai isyarat keberuntungan, terutama dalam meraih kejayaan akademik dan ekonomi. Masyarakat Tionghoa telah lama hadir di Bangka Belitung sebagai pelaut, pedagang, dan penambang timah, sehingga tidak mengherankan apabila nilai-nilai budaya mereka turut melebur bersama budaya Melayu setempat, baik dalam seni, kuliner, maupun ragam tekstil.
The post Ketam dalam Tenun Cual Maslina sebagai Simbol Persilangan Budaya appeared first on Timelines.id.


Komentar